DAFTAR ISI
BAB I BILANGAN BULAT
1.1 Bilangan Asli
1.2 Bilangan Cacah
1.3 Bilangan Bulat
1.4 Sistem Bilangan Bulat
1.5 Prinsip Urutan Yang Rapi
BAB II PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
2.1 Notasi Jumlah dan Notasi Kali
2.2 Prinsip Induksi Matematika
BAB III KONSEP DASAR KETERBAGIAN
BAB IV FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)
DAN KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK)
BAB I
BILANGAN BULAT
Uraian
Pembahasan tentang bilangan bulat
(integers) tidak bisa dipisahkan dari uraian tantang bilangan asli (natural
numbers) dan bilangan cacah (whole members) karena kreasi tentang
bilangan-bilangan ini merupakan proses sosial dan budaya yang berlangsung
berurutan dalam waktu ribuan tahun.
Konsep tentang bilangan dan cara
mencacah (menghitung, counting) berkembang selama sekitar 15.000 tahun, mulai
dari zaman prasejarah (poleolithic, Old Stone Age) sampai dengan zaman sejarah
(sekitar tahun 400 S.M.). Dalam periode atau zaman ini, mereka diduga telah
mempelajari cara bertani atau bercocok taman, cara berternak, cara
menggunakankaleder, cara mengukur atau menimbang berat, cara memindahkan barang
dengan kereta atau gerobak, cara membuat perahu, cara berburu, cara pengobatan
tradisional, dan cara berhitung.
1.1 Bilangan Asli
Sejak periode sejarah, diduga
dimulai sekitar tahun 400 S.M., orang melalui memikirkan bilangan sebagai
konsep abstrak. Misalnya, mereka menyebut tiga kerikil dan tiga binatang
mempunyai sifat persekutuan, yaitu suatu kuantitas yang disebut tiga. Sifat
persekutuan tiga ini bisa dimiliki oleh kelompok benda apa saja sehingga sifat
ini menjadi terbatas dari obyek atau sasaran pembicaraan. Dalam istilah yang
lebih sederhana, sifat-sifat persekutuan satuan (oneness), duaan (twoness),
atau tigaan (threeness) merupakan sifat persekutuan yang dimiliki oleh sebarang
kumpulan benda untuk menunjukkan kesamaan kuantitas.
Keperluan
tentang kuantitas merupakan kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan berkeluarga
dan bermasyarakat, terutama untuk menghitung (mencacah) dan membandingkan
jumlah barang atau benda.
Keperluan
menghitung (mencacah, counting) mendorong orang untuk mencari cara yang mudah,
antara lain dengan membuat lambang bilangan (numeral) dan cara menggunakannya
(sistem numerasi). Sistem numerasi membuat sekumpulan lambang dasar dan
sejumlah aturan untuk menghasilkan lambang-lambang bilangan yang lain. Beberapa
peradaban yang telah mengembangkan sistem numerasi antara lain adalah Mesir
(sekitar tahun 3000 S.M.), Babylonia (sekitar tahun 2000 S.M.), Yunani atau
Greek (sekitar tahun 600 S.M.), Mayan (sekitar tahun 300 S.M.), Jepang – China
(sekitar tahun 200 S.M.), Romawi (sekitar tahun 100 M), dan Hindu-Arab (mulai
sekitar tahun 300 S.M. di India, mengalami perubahan di wilayah timur tengah
sekitar tahun 750 Masehi, berkembang di Eropa dan dipakai di seluruh dunia
sampai sekarang). Dari uraian di atas kita dengan singkat telah melihat
perjalanan pengembangan konsep bilangan sejak pertama kali pada zaman
Poleolithic sampai pada zaman sejarah. Dengan demikian kita perlu membuat
asumsi bahwa manusia telah menemukan konsep bilangan asli (counting/natural
members) dan telah menemukan himpunan lambang untuk menyatakan konsep
bilangan asli yaitu 1, 2, 3, 4, … Untuk selanjutnya himpunan bilangan asli
dinyatakan dengan N = {1, 2, 3, 4, … }
1.2
Bilangan Cacah
Untuk kepentingan masyarakat zaman
pertanian, sebelum zaman revolusi, mereka hanya memerlukan mencacah, menjumlah,
dan mengalikan. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat memerlukan
sistem bilangan yang dapat memenuhi keperluan lain, yaitu mengurangkan dan
membagi. Dengan demikian mereka mempunyai tuntutan pekerjaan yang tidak
sekedar berhitung (aritmetika) tetapi hal lain yang lebih luas.
Jika sebelumnya
mereka menerima pernyataan tanpa bukti (postulat):
p + q adalah suatu bilangan asli
p
x q adalah suatu bilangan asli
maka kesulitan akan muncul ketika pengertian
pengurangan mulai diperkenalkan melalui penjumlahan:
p
– q = r
jika ada r sedemikian hingga p = q + r
Kita bisa melihat kesulitan itu. Pengurangan pada
unsur-unsur himpunan bilangan asli dapat dilakukan hanya jika p lebih dari q,
artinya himpunan bilangan asli tidak bersifat tertutup terhadap pengurangan. Pada
awalnya tentu mereka memahami bahwa:
3 – 2 = 1, 4 – 3 = 1, 5 – 4 = 1
dan mulai
mempertanyakan bagaimana dengan
3 – 3 = ? , 4 – 4 = ?, 5 – 5 = ?
Jawabannya
adalah mereka perlu “tambahan” bilangan baru, yang kemudian disebut dengan nol
(zero), yang diberi makna:
3 = 3 + 0, 4 = 4 + 0, 5 = 5 + 0
Sekarang kita
telah menambahkan unsur baru 0 ke dalam sistem bilangan asli, sehingga
diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan cacah, dinyatakan
dengan:
W = {0, 1, 2, 3, 4, …}
1.3
Bilangan Bulat
Dengan berkembangnya masyarakat
industri, manusia memerlukan bilangan untuk keperluan pembukuan tingkat
lanjut, antara lain untuk menghitung hutang dan pihutang, serta tabungan dan
pinjaman. Pertanyaan yang muncul serupa dengan permasalahan:
6 – 7 = ?, 8 – 10 = ?, 3 – 10 = ?
Permasalahan ini
serupa dengan usaha menambah bilangan-bilangan baru di dalam W sehingga mereka
dapat melakukan semua pengurangan, atau himpunan baru yang diperoleh
bersifat tertutup terhadap pengurangan.
Jawaban terhadap
kesulitan mereka adalah tambahan bilangan-bilangan baru yang diperoleh dari:
0 – 1, 0 – 2, 0 – 3, 0 –
4, …
yang kemudian
dilambangkan dengan:
-1, -2, -3, -4, …
sehingga
diperoleh himpunan baru yang disebut himpunan bilangan bulat, dan dinyatakan
dengan:
Z = {…, -2, -1, 0, 1, 2,
3, …}
Dengan digunakannya garis bilangan untuk menyatakan
representasi bilangan, dan memberi makna terhadap bilangan-bilangan di sebelah
kanan nol sebagai bilangan positif serta di sebelah kiri nol sebagai bilangan
negatif, maka himpunan bilangan bulat dapat dinyatakan sebagai:
Z = {…, -2, -1, 0, 1, 2,
3, …}
1.4
Sistem Bilangan Bulat
Untuk keperluan menghitung, orang dapat melakukan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, atau pembagian bilangan. Apa yang dilakukan oleh orang itu kemudian disebut sebagai suatu operasi.
Pada dasarnya suatu operasi adalah mengambil sepasang bilangan untuk
mendapatkan bilangan lain yang tunggal. Bilangan yang diperoleh mungkin unsur
atau bukan unsur dari himpunan tertentu.
Definisi 1.1
Suatu sistem matematika adalah suatu himpunan
bersama-sama dengan satu atau lebih operasi pada himpunan itu.
Notasi
Suatu sistem
matematika yang terdiri dari himpunan S dan operasi * ditunjukkan dengan (S, #)
Jika #
adalah operasi kedua S, maka (S, *, #) adalah sistem
matematika yang terdiri dari himpunan S, operasi pertama *, dan operasi kedua #.
Berdasarkan
pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya, beberapa definisi yang terkait
dengan sifat operasi adalah:
Definisi 1.2
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada
himpunan S.
Operasi * disebut bersifat:
a. tertutup jika p * q = r dan r Î S untuk setiap p, q Î S.
b. komutatif jika p * q = q * p untuk
setiap p, q Î S
c. assosiatif jika p * (q * r) = (p *
q)*r untuk setiap p, q, c Î S
d. mempunyai unsur identitas
jika untuk semua p Î
S, ada i Î
S, sehingga
p * i =
i * p = p . I disebut unsur identitas operasi *.
e.
memenuhi sifat inversi (invertibel) jika untuk semua pÎ S,
ada x Î
S, sehingga p * x = x * p = i. x disebut inversi dari p, dan p disebut inversi dari x.
Definisi 1.3
Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pertama
dan ⋕ adalah
suatu operasi kedua pada himpunan S. Operasi * bersifat distributif
terhadap # jika p * (q #r)
= (p * q) # (p * r) untuk
semua p, q, r Î
S.
Selanjutnya,
sifat-sifat operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan bulat
merupakan aksioma, yaitu:
1. tertutup:
p + q Î
Z dan p x q Î Z untuk semua p, q, Î Z
2. komutatif:
p + q = q + p dan p x q = q x p untuk semua p, q Î Z
3. assosiatif:
p + (q + r) = (p + q) + r dan p x (q x r) = (p x q) x r untuk semua p, q, r Î Z
4. mempunyai
unsur identitas p + 0 = p dan p x 1 = p untuk semua p Î Z
5. memenuhi
sifat identitas penjumlahan:
untuk
semua p Î
Z, ada 0 Î
Z sehingga p + 0 = 0 + p = p 0 adalah unsur identitas penjumlahan
6. memenuhi sifat inversi
(invertibel) penjumlahan:
untuk semua p Î Z, ada x Î Z sehingga p + x = x + p = 0. x disebut inversi
dari p, ditunjukkan dengan x = -p
7. distributif
perkalian terhadap penjumlahan (p + q) . r = p . r + q . r
8. memenuhi
hukum kanselasi: jika p, q, r Î Z, r ¹ 0, dan pr = qr, maka p = q
Dalam kaitannya
dengan urutan bilangan bulat, kita akan menggunakan himpunan bilangan bulat
positif {1, 2, 3, …}, untuk menyatakan hubungan kurang dari (atau lebih dari)
antara dua bilangan bulat.
Definisi 1.4
Ditentukan p, q,
Î
Z
p disebut kurang
dari q (atau q disebut lebih dari p), ditulis p < q atau q
> p, jika ada suatu bilangan bulat positif r sehingga q – p = r
Contoh 1.1
(a). 5 > 4
sebab ada bilangan bulat positif 1 sehingga 5 – 4 = 1
(b). 2 < 7
sebab ada bilangan bulat positif 5 sehingga 7 – 2 = 5
(c). p > 0 untuk setiap p Î {1, 2, 3, …} sebab ada bilangan bulat
positif p sehingga p – 0 = p
Dua sifat dasar
tentang urutan bilangan bulat yang perlu untuk dipahami adalah:
(1) ketertutupan bilangan bulat
positif: p + q dan pq adalah bilangan-bilangan bulat positif untuk semua
bilangan-bilangan bulat positif p dan q
(2) hukum
trikotomi: Untuk setiap p Î Z berlaku salah satu dari p > 0, p = 0, atau p <
0.
Himpunan
bilangan bulat disebut suatu himpunan yang terurut karena Z mempunyai suatu
himpunan bagian yang tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian, serta memenuhi hukum trikotomi
untuk setiap bilangan bulat
Contoh 1.2
Buktikan: Jika p < q dan r > 0, maka pr <
qr
Bukti:
Diketahui bahwa
p < q, maka menurut definisi 1.4, q – p > 0. Selanjutnya, karena q – p
> 0 dan r > 0, maka menurut sifat dasar ketertutupan perkalian urutan
bilangan bulat positif, r (q – p) > 0. Menurut sifat distributif, r(q – p) =
rq – rp, dengan demikian r(q – p) > 0 berakibat rq – rp > 0.
rq – rp > 0,
menurut definisi 1.4, rp < rq, dan menurut sifat komutattif perkalian, pr
< qr.
Contoh 1.3
Buktikan: (–1)p
= –p
Bukti: (–1)p + 1.p = (-1 + 1).p = 0, dan –p + p = -p +
1.p = 0, sehingga (-1)p + 1.p = -p + 1.p. Berdasarkan hukum kanselasi, (-1)p =
-p
Contoh 1.4
Sistem (Z, Æ),
yaitu sistem bilangan bulat terhadap operasi penjumlahan, merupakan suatu grup,
dan juga merupakan grup Abel sebab operasi Æ
terhadap bilangan bulat memenuhi sifat-sifat terhadap assosiatif, mempunyai
unsur identitas, dan memenuhi sifat inversi.
1.5 Prinsip Urutan yang Rapi (Well Ordering
Principle)
Suatu himpunan H
disebut terurut rapi (well ordered) jika setiap himpunan bagian dari H yang
tidak kosong mempunyai unsur terkecil
Perlu diingat
kembali bahwa k disebut unsur terkecil suatu himpunan S jika k kurang dari atau
sama dengan x untuk setiap x
S.
Contoh 1.5
(a) S =
{2,5,7} mempunyai unsur
terkecil 2 sebab 2 ≤ x untuk setiap x
S, yaitu
2 ≤ 2, 2 ≤ 5, dan 2 ≤ 7
(b) M = {3}
mempunyai unsur terkecil 3 sebab 3 ≤ x
untuk setiap x
M, yaitu 3 ≤ 3
Contoh 1.6
(a) S = {2,5,7}
adalah himpunan yang terurut rapi sebab setiap himpunan bagian dari S yang
tidak kosong, yaitu {2}, {5}, {7}, {2,5}, {2,7}, {5,7} dan {2,5,7}mempunyai
unsur terkecil berturut-turut adalah
2,5,7,2,2,5, dan 2.
(b) Z+
adalah himpunan yang terurut rapi sebab semua himpunan bagian dari Z+
yang tidak kosong mempunyai unsur
terkecil
(c) Z adalah
himpunan yang tidak terurut rapi sebab ada
himpunan bagian dari Z
yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur
terkecil, misalnya {…, -2, -1, 0}
Definisi 1.5
Bilangan riil
terbesar [x] adalah bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan x,
yaitu [x] adalah bilangan bulat yang memenuhi [x] ≤ x ≤ [x] + 1
Sebagai catatan
perlu diingat kembali bahwa Fungsi f(x) = [x] disebut dengan fungsi bilangan
bulat terbesar, atau juga disebut dengan fungsi lantai (floor function). Fungsi
g(x) =
disebut fungsi
atap (ceiling function), dimana
adalah bilangan
bulat terkecil lebih dari atau sama dengan x, misalnya
dan
Suatu bilangan
riil x disebut rasional jika dan
hanya jika ada bilangan-bilangan bulat a dan b, b
0, dan x = a/b. Suatu bilangan yang tidak rasional
disebut bilangan irasional, misalnya
log 5 ,
, bilangan e = 2,71828…, dan bilangan
= 3,14…
Contoh 1.7
(a) [2/3] = 0 ,
[7/3] = 2 , dan [
] = 3
(b) [ – 2/3]
= – 1 , [ –7/3] = – 3
(c) [1,3] = 1, [
] = 1
Tugas dan Latihan
Tugas
Untuk memperluas
wawasan Anda tentang sistem numerasi, carilah dan bacalah sumber-sumber pustaka
yang memuat sejarah bilangan. Selanjutnya jawablah beberapa pertanyaan berikut
1. Apa maksudnya sistem numerasi
bersifat aditif?
2. Apa yang disebut dengan sistem
numerasi menggunakan nilai tempat?
3. Apa maksudnya sistem numerasi
bersifat multiplikasi?
4. Sebutkan beberapa cara menuliskan
lambang bilangan dan terjadi pada sistem numerasi yang mana.
5. Sebutkan
basis-basis bilangan yang pernah digunakan.
2. Latihan
Untuk
memperdalam pemahaman Anda tentang materi bilangan bulat, kerjakanlah soal-soal
latihan berikut:
1. Tunjukkan bahwa –(p + q) = (– p) + (–
q) untuk semua p, q Î
Z
2. Tunjukkan bahwa – (p.q) = p . (-q)
untuk semua p, q Î
Z
3. Diketahui p, q, r Î Z, p
< q, dan r < 0
Buktikan: p + r < q + r
4. Diketahui p, q, r Î q, p
> q dan q > r
Tunjukkan: p > r
5. Diketahui C = {1, -1}
Selidiki apakah (C, x) merupakan
sistem grup.
BAB II
PRINSIP INDUKSI
MATEMATIKA
Uraian
Prinsip induksi matematika merupakan
suatu alat berharga untuk membuktikan hasil-hasil yang terkait dengan
bilangan bulat, atau hubungan tertentu yang dapat diperluas berlaku untuk semua
bilangan asli. Hasil-hasil yang terkait terutama tentang penjumlahan, dan
hubungan tertentu antara lain dapat berupa ketidaksamaan, keterbagian, atau
differensial.
Dalam kaitannya dengan hasil
penjumlahan, prinsip induksi matematika melibatkan notasi jumlah (summation)
dan notasi kali (products). Kedua notasi ini sangat bermanfaat untuk
menyederhanakan tulisan sehingga menjadi lebih singkat dan lebih mudah
dipahami.
2.1. Notasi
Jumlah dan Notasi Kali
Notasi jumlah
adalah notasi yang dilambangkan dengan å, dan notasi kali adalah
notasi yang dilambangkan dengan
, dan didefinisikan sebagai:
Huruf i dari
indeks jumlah notasi jumlah atau notasi kali disebut variabel dummy karena
dapat diganti oleh sebarang huruf, misalnya:
=
=
=
i = 1 disebut
batas bawah (lower limit) dan i = r disebut batas atas (upper limit).
Contoh 2.1
(a)
= 1 + 2 + 3 +
4 =
10
(b)
= 1 . 2 . 3 . 4
= 24
(c)
= 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15
(d)
3 = 3 . 3 . 3 . 3 . 3 = 243
(e)
= 12 + 22 + 32 = 14
(f)
= 12 . 22 . 32 = 36
Selanjutnya,
indeks jumlah tidak harus dimulai dari 1, artinya dapat dimulai dari bilangan
bulat selain 1 asalkan batas bawah tidak melebihi batas atas.
Contoh 2.2
(a)
= 3 + 4 +
5 =
12
(b)
= (2.4 – 1) + (2.5 – 1) + (2.6 – 1) = 27
(c)
= 22
. 23 . 24 = 4 . 8 . 16
= 572
(d)
= (2 – 1)(3 –
1) (4 – 1) = 1 . 2 . 3
= 6
Beberapa sifat yang terkait dengan notasi jumlah
adalah:
(1)
= txr + txr+1 + … + txs = t(xr + xr+1 + …
+ xs) =
(2)
= (xr
+ yr) + (xr+1 + yr + 1)+ … + (xs +
ys)
= (xr + xr
+ 1 + … + xs) + (yr + yr + 1 + … + ys) =
+
(3)
xi yj =
(xi
) =
xi (yc + yc+1 + … + yd)
= xa
(yc + yc+1 + … + yd) + xa+1 (yc
+ yc +1 + …+yd) + … + xb (yc + yc+1
+ … + yd)
= (xa + xa+1
+ … + xb)(yc + yc+1 + … + yd) =
(4)
=
=
=
yj xi =
xi yj
Contoh 2.3
(a)
2xi
= 2x3 + 2x4
+ 2x5 = 2(x3 + x4 + x5)
= 2
xi
(b)
(2ai + 3bi) = (2a2 + 3b2) + (2a3
+ 3b3) + (2a4 + 3b4) = (2a2 + 2a3
+ 2a4) + (3b2 + 3b3 + 3b4)
= 2(a2 + a3 + a4)
+ 3(b2 + b3 + b4) = 2
ai
+ 3
bi
(c)
ij2 =
(i . 12
+ i . 22) =
5i = 5 . 1
+ 5 . 2 + 5 . 3 = 30
(d)
ij2
=
(i . j2 + 2 . j2 + 3 . j2)
=
= 6 . 12 + 6 . 22 = 6 . 1 + 6 . 4 = 30
2.2 Prinsip
Induksi Matematika (Principle of Mathematical Induction)
S adalah suatu
himpunan bagian dari himpunan bilangan asli yang unsur-unsurnya memenuhi
hubungan.
Jika: (a) 1 Î S
(b) k Î S berakibat (k + 1) Î S maka: S memuat semua
bilangan asli, yaitu S = N
Bukti:
Misalkan S Ì N
dan unsur-unsur S memenuhi suatu hubungan, serta (a) dan (b) dipenuhi oleh S.
Harus dibuktikan bahwa S = N. Untuk membuktikan S = N digunakan bukti tidak
langsung.
Anggaplah S ≠ N, maka tentu ada F Ì N dan F ≠ Æ yang mana F = {t Î N| t Ï S}. Karena F ≠ Æ
dan F Ì
N, maka menurut prinsip urutan rapi, F
mempunyai unsur terkecil k, yaitu k Î F tetapi k Ï S. k ≠ 1 sebab 1 Î S, berarti k > 1,
dan akibatnya k – 1 Î N. k adalah unsur terkecil
F, maka k – 1 Ï F sebab k – 1 < k,
berarti k – 1 Î S. k – 1 Î S dan S memenuhi (b), maka (k – 1) + 1 Î S, atau k – 1 + 1 Î S, yaitu k
Î
S.
Terjadi
kontradiksi karena k Ï S dan k Î S, jadi S = N
Dalam pernyataan lain, prinsip induksi matematika
dapat ditulis dengan S(n) adalah suatu pernyataan yang memenuhi hubungan untuk
satu atau lebih n Î N. Jika: (a) S(1) benar (b) S(k)
benar berakibat S (k + 1) benar maka S(k) benar untuk semua n Î N.
Contoh 2.4
Buktikan untuk sebarang n Î Z+,
= 1 + 2 + 3 + … + n
=
n (n + 1)
Bukti: S(n) :
=
n (n + 1)
S(1) benar sebab untuk n = 1:
=
= 1 dan
n (n + 1) =
. 1 (1 + 1)
=
. 2 = 1
Misalkan S(k) benar, yaitu untuk n = k:
= 1 + 2 + … + k
=
k (k + 1)
Harus dibuktikan
S(k + 1) benar, yaitu:
= 1+ 2 + 1…+ k+ k + 1 =
(k +1)(k + 1 +1) =
(k +1) (k+ 2)
= 1 + 2 + … + k + k + 1 =
k(k + 1) + k + 1
k(k + 1) = (k + 1) (
k + 1) =(k + 1) .
(k + 2)
=
(k + 1)( k + 2)
Jadi: S(n) benar
untuk sebarang n Î
Z+
Contoh 2.5
Buktikan untuk sebarang n Î Z+,
= 12 + 22 + …+ n2 =
n(n + 1)(2n + 1)/6
Bukti:
S(n) =
= n(n + 1)(2n + 1)/6
S(1) benar sebab untuk n = 1:
=
= 12
= 1 dan
n(n + 1)(2n
+ 1) =
. 1 . 2 . 3
= 1
Misalkan S(k) benar, yaitu untuk n = k:
= 12 + 22 + … + k2 =
k(k + 1)(2k + 1)
Harus dibuktikan S(k + 1) benar, yaitu
= 12
+ 22 + … +k2 + (k + 1)2 =
(k + 1)(k + 2)(2k + 3)
= 12 + 22 + … +k2 +
(k + 1)2 =
k(k + 1) (2k + 1) + (k + 1)2
k(k + 1) (2k + 1)
= (k + 1) {
k (2k + 1) + (k + 1)}
=
(k + 1) {k(2k + 1) +6 (k + 1)}
=
k (k + 1) + (2k2 + k + 6k +6)
=
(k + 1) (2k2 + 7k + 6)
=
(k + 1)(k + 2) (2k +3)
Jadi: S(n) benar untuk
sebarang n Î
Z+
Contoh 2.6
Buktikan: untuk semua n Î Z+, dan n ³ 6,
4n < n2 – 7
Bukti : S(n): 4n < n2 – 7, n ³ 6
S(6) benar sebab untuk n = 6
4n = 4 . 6 = 24, n2 – 7 = 62
– 7 = 36 – 7 = 31, dan 24 < 31
Misalkan
S(k) benar, yaitu untuk n = k:
4k
< k2 – 7
Harus
dibuktikan bahwa S(k + 1) benar, yaitu untuk n = k + 1,
4(k + 1) < (k + 1)2 – 7
4(k + 1) = 4k + 4 < (k2 – 7) + 4
4k + 4 < (k2 – 7) + 13, sebab
4 < 13
4k + 4 < (k2 – 7) + (2k + 1),
sebab 2k + 1 ³
13 untuk
n ≥ 6
4k + 4 < (k2 + 2k
+ 1) – 7
4k + 4 < (k + 1)2
– 7
Jadi: 4n < n2 – 7 untuk semua
bilangan bulat n ³
6
Contoh 2.7
Buktikan: 6n
+ 2 + 72n + 1 habis dibagi oleh 43 untuk semua n Î Z+
Bukti : S(n) : 6n + 2 + 72n + 1
habis dibagi oleh 43
S(1) benar sebab untuk n = 1:
6n + 2 + 72n + 1 = 63
+ 75 = 559 = 43(13)
559 habis dibagi oleh 43
Misalkan S(k) benar, yaitu untuk n = k:
6k
+ 2 + 72k + 1 habis dibagi oleh 43
Harus dibuktikan bahwa S(k + 1) benar,
yaitu untuk
n = k + 1, 6k + 3 + 72k+3 habis dibagi oleh 43
(6k + 3 + 72k + 3) –
(6k + 2 + 72k + 1)
= (6k + 3 – 6k + 2)
+ (72k + 3 – 72k +1)
= 6k + 2 (6 – 1) + 72k +
1 (72 – 1)
= 5 . 6k + 2 + 48 . 72k
+ 1
= 5 .6k + 2 + (5 + 43) . 72k
+ 1
= 5(6k + 2 + 72k + 1)
+ 43 . 72k + 1
= 5 . 43x + 43 . 72k + 1
6k
+ 3 + 72k + 3 – 43x
= 5 . 43x + 43 . 72k + 1
6k
+ 3 + 72k + 3 = 6(43x) + 43 . 72k + 1
= 43
(6x + 72k + 1)
6k
+ 3 + 72k + 3 habis dibagi oleh 43 sebab mempunyai faktor 43
Jadi:
6n + 3 + 72n + 3 habis dibagi oleh 43 untuk semua n Î Z+
Tugas Dan Latihan
Tugas
Buktikan
dengan induksi matematika
1. n
< 2n untuk semua n Î Z+
2. n3
– n habis dibagi 3 untuk semua n Î Z+
3. 2n < ! untuk setiap bilangan bulat positif n ³ 4
Latihan
Buktikan dengan
induksi matematika
1. Di dalam barisan harmonis:
1 +
+
+
+ …
berlaku
³ 1 +
, untuk setiap bilangan bulat n ³ 0
2.
= nxn – 1 untuk setiap bilangan
bulat n ³ 0
3.
=
+
+ … +
=
4.
t2
= 12 + 22 +
32 + … + r2 = r(r + 1)(2r + 1)/6 untuk setiap n Î Z+
5.
=
+
+
+
+ … +
=
–
dengan hubungan menggunakan
hubungan:
=
BAB III
KONSEP DASAR KETERBAGIAN
Uraian
Pembagian
bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah diberikan di
sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada
pemfaktoran prima, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan
terkecil (KPK), dan keterbagian oleh bilangan tertentu (misalnya keterbagian
oleh 2,3, atau 9). Untuk memberikan dasar atau landasan yang lebih kuat kepada
guru matematika di sekolah, maka mereka perlu belajar lebih mendalam tentang
konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian
(divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga
konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan di dalam sebagian besar uraian
atau penjelasan matematis tentang pembuktian teorema.
Jika
suatu bilangan bulat dibagi oleh suatu bilangan bulat yang lain, maka hasil
baginya adalah suatu bilangan bulat atau suatu bilangan yang tidak bulat,
misalnya, jika 40 dibagi 8, maka hasil baginya adalah bilangan bulat 8; tetapi
jika 40 dibagi 16, maka hasil baginya adalah 2,5. Keadaan inilah yang
memberikan gagasan tentang perlunya definisi keterbagian.
Definisi 3.1
Suatu
bilangan bulat q habis dibagi oleh suatu bilangan bulat p ≠ 0 jika ada suatu
bilangan bulat x sehingga q = px
Notasi
p | q dibaca p membagi q, p faktor dari q, q habis dibagi p, atau q
kelipatan dari p
p Q q dibaca p tidak membagi q, p bukan faktor dari q, q tidak habis
dibagi p, atau q bukan kelipatan dari p
Contoh 3.1
a.
6 | 18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18 = 6.3
b.
12 Q 15 sebab tidak ada
bilangan bulat x sehingga 15 = 12.x
c.
5 | -30 sebab ada bilangan bulat -6 sehingga -30 = 5.(-6)
d.
-4 | 20 sebab ada bilangan bulat 5 sehingga 20 = (-4).5
Berdasarkan
definisi 2.1 diatas jelas bahwa faktor-faktor suatu bilangan bisa merupakan
bilangan bulat positif atau merupakan bilangan bulat negatif. Dengan demikian,
faktor-faktor dari:
6, adalah 1, -1, 2, -2, 3, -3, 6, dan -6
15, adalah 1, -1, 3, -3, 5, -5, 15, dan -15
Beberapa
sifat sederhana keterbagian adalah :
1.
1 | p untuk
setiap p Î
Z
2.
p | 0 untuk
setiap p Î
Z dan p ≠ 0
3.
p | p untuk
setiap p Î
Z dan p ≠ 0
4.
Jika p | q, maka kemungkinan hubungan antara p dan q
adalah p < q, p = q, atau p > q (misal 3 | 6, 3 | 3, atau 3 | -3)
Teorema 3.1
Jika
p, q Î
Z dan p | q, maka p | qr untuk semua r Î Z
Bukti:
Diketahui bahwa p | q, maka menurut definisi 3.1,
ada suatu xÎZ
sehingga q = px.
q
= px berarti qr = pxr, atau qr = p(x.r) dengan xr Î Z (sebab x Î Z
dan r Î
Z)
Sesuai
dengan definisi 3.1, karena qr = p(xr) maka p | qr
Teorema 3.2
Jika p , q, r Î Z, p | q, dan q | r , maka p | r
Bukti:
Diketahui
p | q dan q | r, maka menurut definisi 3.1, tentu ada x, y Î Z
sehingga q = px dan r = qy,
r
= qy dan q = px, maka r = (px)y
atau r = p (xy) dengan x, yÎZ
Sesuai
dengan definisi 3.1, karena r = p(xy), maka p | r
Teorema 3.3
Jika
p, q Î
Z, p | q dan q | p, maka p =
q
Bukti:
Diketahui
p | q dan q | p maka menurut definisi 3.1, terdapat x,y Î Z sehingga p = qx dan q = py.
Jadi:
p = (py)x = p(yx) = (xy) = (xy)p, atau 1.p = (xy) p.
Maka
xy = 1
Dengan
demikian, karena x,y Î Z dan xy = 1, maka diperoleh x = -1 = y atau x = 1 = y
Jika
x = -1 = y, maka p = -q
Jika
x = 1 = y, maka p = q
Teorema 3.4
Jika
p, q, r Î
Z, p | q dan p | r, maka p | q + r
Bukti:
Karena
p | q dan p | r, maka menurut definisi 3.1, ada x,y Î Z sehingga q = px dan r = py. Dengan demikian q + r = px +
py = p(x + y). Kerena x,yÎZ, maka sesuai dengan sifat tertutup penjumlahan
bilangan bulat, x + y Î Z. Jadi
: p | q + r
Teo
3.4 dapat diperluas tidak hanya berlaku untuk q, r tetapi untuk q, r, s, t,..,
artinya jika p|q, p|r, p | s, p | t, dan…, maka p | q + r + s + t +…
Selanjutnya,
teorema 3.4 tetap berlaku jika operasi penjumlahan (+) diganti dengan operasi
pengurangn (-), buktikan !
Teorema 3.5
Jika
p, q, r Î
Z, p | q dan p | r, maka p | qx + ry
untuk semua x, y Î
Z (qx + ry disebut kombinasi linear dari q dan r)
Buktikan!
Teorema 3.6.
Jika
p, q, r Î
Z, p > 0, q > 0,
dan p | q, maka p £ q
Bukti:
Karena
p | q, maka menurut definisi 3.1, ada x Î Z sehingga q = px
Karena
p > 0, q > 0, dan q = px, maka x > 0
Karena
x Î
Z dan x > 0, maka kemungkinan nilai-nilai x adalah 1, 2, 3, …, yaitu x = 1
atau x > 1
Jika x = 1, maka q = px = p(1) = p.
Jika x > 1, dan q = px, maka p < q
Jadi p ≤ q
Teorema 3.7
Jika p, q, r Î Z, p > 0, q > 0, p | q dan q | p, maka p = q.
Buktikan!
Teorema 3.8
p
| q jika dan hanya jika kp | kq untuk semua k Î Z dan k ≠ 0
Buktikan!
Teorema 3.9
Jika
p, q, r Î
Z, p ≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
Buktikan!
Uraian
berikutnya membahas tentang algoritma pembagian. Suatu algoritma didefinisikan
sebagai serangkaian langkah-lanbgkah atau prosedur yang jelas dan terhingga
untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita lazim menggunakan istilah algoritma
pembagian (division algoritma) meskipun istilah ini tidak menunjukkan adanya
altoritma. Pembicaraan algoritma sebagai prosedur dalam menyelesaikan masalah
terdapat nanti pada pembahasan tentang algoritma Enclides.
Teorema 3.10, Algoritma Pembagian
Jika
p, q Î
Z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s Î Z yang masing-masing tunggal sehingga q = rp + s dengan 0 £ s < p.
Jika
p tidak membagi q, maka s memenuhi
ketidaksamaan 0 < s < p.
Dari
pernyataan q = rp + s, 0 ≤ s < p, r disebut hasil bagi (quotient), s disebut
sisa (remainder), q disebut yang dibagi (dividend) dan p disebut pembagi
(divisor). Kita secara tradisi menggunakan istilah algoritma meskipun
sesungguhnya algoritma pembagian bukan merupakan suatu algoritma.
Sebelum
membuktikan Teorema 2.9, agar lebih mudah dalam memahami langkah-langkah
pembuktian, simaklah dengan cermat uraian berikut:
Ditentukan
dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4 | 7, maka dapat dibuat barisan aritmetika 7
- (r.4) dengan x Î
Z
untuk r = 3, 7 - (r.4) = 7 - 12 =
-5
untuk r = 2, 7 - (r.4) = 7 - 8 =
-1
untuk r = 1, 7 - (r.4) = 7 - 4 = 3
untuk r = 0, 7 - (r.4) = 7 – 0 = 7
untuk r = -1, 7 - (r.4) = 7 – (-4)=
11
dan seterusnya
sehingga
diperoleh barisan …, -5, -1, 3, 7, 11, …
Barisan
ini mempunyai suku-suku yang negativf, dan suku-suku yang tidak negatif sebagai
unsur-unsur himpunan T.
T
= {3, 7, 11,…} atau T = {7 –
(4.r) | r Î
Z, 7 – (4.r) ³ 0}
Karena T
N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka
menurut prinsip urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil.
Perhatikan bahwa
unsur terkecil T adalah 3.
Karena 3 Î T,
maka 3 = 7 – (4.r) untuk suatu r Î Z. dalam hal ini r = 1, sehingga
3 = 7 - (4.1), atau 7 = 1.4 + 3
Dengan demikian
dapat ditentukan bahwa:
7 = 1.4 + 3 dengan 0 £ 3 < 4
Karena 4 │ 7, maka 7 = r.4 + s
dengan r = 1 dan s = 3
Perhatikan bahwa
untuk 4, 7 Î
Z, ada r, s Î
Z sehingga 7 = r.4 + s dengan 0 ≤ s <
4
Marilah sekarang
kita membutikan Teorema 3.10
Bukti:
Dengan
p, q Î
Z dapat dibentuk suatu barisan aritmatika (q –
rp) dengan r Î
Z, yaitu … , q – 3p, q – 2p, q – p, q, q + 2p, q + 3 p, …
yang
mempunyai bentuk umum q – rp
Ambil
suatu himpunan T yang unsur-unsurnya adalah suku barisan yang tidak negatif,
yaitu:
T = {q – rp | r Î Z, q
– rp ³
0}
Karena
T
N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka
menurut prinsip urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil, misalnya s.
Karena
s Î
T, maka s = q – rp untuk suatu r Î Z, sehingga q = rp + s.
Jadi
jika p, q Î
Z dan p > 0, maka ada r, s Î Z sehingga q = rp + s.
Sampai
disini pembuktian baru pada tahap menunjukkan eksistensi dari r dan s.
berikutnya akan dibuktikan bahwa 0 ≤ s < p dengan menggunakan bukti tidak
langsung.
Anggaplah
bahwa 0 £
s < p tidak benar, s < 0 atau s ³ p.
Karena
s Î
T, maka s tidak mungkin negatif, sehingga kemungkinannya tinggal s ³ p.
s
³
p, maka s – p ³
0, sehingga (q – rp) – p ³ 0 atau q – (r + 1) p ³ 0.
Karena
s – p ³
0 dan s – p = q – (r + 1) p atau s – p mempunyai bentuk q – rp, maka s – p Î T
Karena
p > 0, maka s – p < s, sehingga s – p merupakan unsur T yang lebih kecil
dari s. Hal ini bertentangan dengan pengambilan s sebagai unsur terkecil dari
T.
Jadi:
0 £
s < p
Selanjutnya,
buktikan ketunggalan dari r dan s
Petunjuk:
gunakan bukti tidak langsung, misalnya r dan s tidak tunggal, yaitu ada r1,
r2, s1, s2 Î Z dan :
q
= r1p + s1, 0 < s1 < p
q
= r2p + s2, 0 < s1 < p
Contoh 3.1
Tunjukkan:
a.
Jika p | q, maka p2 | q2
b.
Jika p | q, maka p | 3q2
Jawab:
a.
Karena p | q, maka sesuai dengan definisi 2.1, ada
bilangan k Î
Z sehingga q = kp, dengan demikian q2 = k2p2.
Sesuai dengan sifat ketertutupan perkalian bilangan bulat, karena k Î Z, maka k . k = k2
Î
Z
q2 = k2p2 dan k2 Î Z,
maka sesuai dengan definisi 2.1, p2 | q2.
b.
Karena p | q, maka sesuai dengan teorema 2.1, p|qr
untuk semua r Î
Z
Ambil r = 3q, maka 3q Î Z untuk sebarang q Î Z
Dengan demikian, dari p | qr dan r = 3q Î Z, maka p | q (3q) atau
p | 3q2.
Contoh 3.2.
Diketahui:
(a1a0) = a1.10 + a0 dan 3 | t
Tunjukkan
bahwa t | a1 + a0
Jawab:
t = a1.10 + a0 = a1 (9 + 1) + a0
= 9a1 + (a1 + a0)
3 | t atau 3 | 9a0 + (a1 + a0) dan 3 | 9a0,
maka menurut teorema 2.9, 3 | a1
+ a0
Contoh 3.3
Diketahui
t = (a4 a3 a2 a1 a0) = a4.104
+ a3.103 + a2.102 + a1.10
+ 40 dan 11 | t
Tunjukkan
bahwa t | a0 – a1 + a2 – a3 - a3
+ a4
Jawab:
t = a4.104 + a3.103
+ a2.102 + a1.10 + a0
= a0
+ a1(11 – 1) + a2 + a1(99 + 1) + a3
(1001 – 1) + a4 (9999 + 1)
= (11a1
+ 99a2 + 1001a3 + 9999a4) + (a0 -
a1 + a2 - a3 + a4)
t = 11(a1 + 9a2 + 91a3
+ 909a4) + (a0 - a1 + a2
- a3 + a4)
Karena 11 | t,
yaitu 11 | 11(a1 + 9a2 + 91a3 + 909a4)
+ (a0 - a1 + a2 - a3
+ a4) dan 11 | 11 (a1 + 9a2 + 91a3 +
909a4), maka menurut teorema 2.9, 11 | (a0 - a1 +
a2 - a3 + a4)
Contoh 3.4
Menurut
teorema algoritma pembagian, nyatakan sebagai q = rp + s, 0 ≤ s < p, jika:
a.
p = 7 dan q = - 100
b.
p = 12 dan q = - 150
Jawab:
a.
-100 = (-15)(7) + 5, 0 £ 5 < 7
b.
-150 = (-13)(12) + 6, 0 £ 6 < 12
Teorema
algoritma pembagian dapat digunakan untuk memilahkan atau memisahkan himpunan
bilangan bulat menjadi n himpunan bagian yang saling lepas (disjoint) dengan n Î {2,
3, 4,…}
Jika
p = 2 dan q adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut teorema algoritma
pembagian, q dapat dinaytakan sebagai:
q = 2p + s, 0 ≤ s < 2
Karena r Î Z dan 0 ≤
r < 2, maka kemungkinan nilai-nilai s adalah s = 0 dan s = 1
untuk s = 0, q = 2p + s = 2p + 0 = 2p
untuk s = 1, q = 2p + s = 2p + 1
q
= 2p dengan p Î
Z disebut bilangan bulat genap (even integer) dan q = 2p + 1 dengan p Î Z
disebut bilangan bulat ganjil atau gasal (odd integer). Dengan demikian
himpunan bilangan bulat dapat dipisahkan menjadi dua himpunan bagian yang
lepas, yaitu himpunan bilangan bulat genap dan himpunan bilangan bulat ganjil.
Dengan kata lain, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai salah
satu dari:
q = 2p atau q = 2p + 1, p Î Z
Dengan
jalan lain yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai:
q = 3p, q = 3p + 1, q = 3p + 2, p Î Z
q = 4p, q = 4p + 1, q = 4p + 2, q = 4p + 3 , p Î Z
q = 5p, q = 5p + 1, q = 4p + 2, q = 5p + 3 , q = 5p + 4, p Î Z
dan seterusnya.
Contoh 3.5
Buktikan:
2 | n3 – n untuk sebarang n Î Z
Bukti:
Menurut teorema 2.10 (algoritma pembagian), setiap bilangan bulat n dapat
dinyatakan sebagai n = 2p atau n = 2p + 1
Untuk n = 2p, dapat ditentukan:
n3 – n = n (n2
-1)
= n (n -1) (n +1)
= 2p (2p -1) (2p +1)
Jadi 2 | n3 – n
Untuk n = 2p + 1, dapat ditentukan
n3 – n = n (n2
-1)
= n (n -1) (n +1)
= (2p +1) (2p +1 - 1)
(2p +1 + 1)
= 2p(2p + 1)(2p + 2)
Jadi 2 | n3 – n
Dengan demikian 2 | n3 – n untuk sekarang n Î Z
Selanjutnya,
marilah kita lihat cara mengganti suatu bilangan dalam basis 10 menjadi basis
yang lain dengan menggunakan teorema yang dibuktikan dengan menggunakan teorema
algoritma pembagian.
Teorema 3.11
Jika q Î
z dan q > 1, maka setiap n Î Z+ dapat dinyatakan secara tunggal dalam bentuk n = pkqk
+ pk-1qk-1 + ….. + p2q2 + p1q1
+ p0q0
yang mana k Î Z, k ≥ 0, pt Î Z, 0
£
pt < q – 1, t = 0, 1,…, k dan
pk ≠ 0
Bukti:
Karena
q Î
Z dan q > 1, maka q > 0, sehingga menurut teorema algoritma pembagian,
hubungan antara n dan q adalah :
n = qr0 + p0, 0 £ p0 < q (0 £ p0
£
q -1)
Jika
r0 ≠ 0, maka hubungan antara r0 dan q menurut teorema
algoritma pembagian adalah:
r0 = qr1 + p1, 0 ≤ p1 ≤ q (0
≤ p1 ≤ q – 1)
Jika
langkah serupa dikerjakan, maka diperoleh:
r1 = qr2 + p2, 0 ≤ p2 ≤ q (0
≤ p2 ≤ q – 1)
r2 = qr3 + p3, 0 ≤ p3 ≤ q (0
≤ p3 ≤ q – 1)
rk-2 = qrk-1 + pk-1, 0 ≤ pk-1
< q (0 ≤ p k-1 ≤ q – 1)
rk-1 = qrk-1 + pk-2, 0 ≤ pk-2
< q (0 ≤ pk ≤ q – 1)
Ambil
rk = 0, maka barisan r0, r1,…, rk
merupakan barisan bilangan bulat tidak negatif yang menurun, paling banyak
mempunyai suku-suku bernilai nol (yaitu rk), dan k suku yang positif
(yaitu r0,r1,…, rk-1).
Dari
hubungan antara n, q, dan ri (i = 0,1, 2,…, k) diatas dapat
ditentukan bahwa:
n = qr0 + p0
= q(r1 +
p1) + p0 = q2r1 + qp1 +
p0
= q2(qr2
+ p2) + qp1 + p0 = q3r2
+ q2p2 + qp1 + p0
= ….
= qk-1rk-2
+ qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + …. + qp1
+ p0
= qk-1(qrk-1
+ pk-1) + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 +
… + qp1 + p0
= qk rk-1
+ qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3
+ … + qp1 + p0
= qk(qrk
+ pk) + qk-1pk-1+ qk-2pk-2 +
qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
n = qk+1rk + qkpk +
qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3
+ … + qp1 + p0
Karena rk = 0, maka :
n = qkpk + qk-1pk-1
+ qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + …
+ qp1 + p0
n = pkqk + pk-1qk-1
+ pk-2qk-2 + pk-3qk-3
+ … + qp1 + p0
n = (pkpk-1pk-2pk-3
… p1 + p0)q
Ini
berarti bilangan asli n yang ditulis dalam lambang bilangan basis 10, dapat
diubah menjadi lambang bilangan basis q > 1
Agar
langkah-langkah dalam pembuktian teorema 2.10 dapat dipahami dengan sebaik-baiknya,
marilah kita lihat suatu peragaan berikut ini.
Ambil n = 985 dan q = 6
985 = 6.164
+ 1 (n = qr0 + p0, r0 = 164, p0 = 1)
164 = 6.27
+ 2 (r0 = qr1 + p1, r1
= 27, p1 = 2)
27 = 6.4 + 3 (r1 = qr2 + p2, r2
= 4, p2 = 3)
4 = 6.0 + 4 (r2 = qr3 + p3, r3
= 0, p3 = 4)
Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa:
985 = 6.164
+ 1
= 6(6.27 + 2) + 1 =
62.27 + 6.2 + 1
= 62(6.4
+ 3) + 6.2 + 1 = 63.4 + 62.3 + 6.2 + 1
Jadi: (985)10
= (4321)6
Perhatikan
pola yang terdapat pada lambang bilangan basis 6 yang dicari. Angka-angka pada lambang
bilangan basis 6 yang dicari merupakan sisa dari masing-masing algoritma
pembagian.
Contoh 3.6.
Tuliskan (985)10
dalam lambang bilangan basis 4 dan basis 3.
Jawab:
985 = 4.246 + 1
246 = 4.61 + 2
61 = 4.15 + 1
15 = 4.3 + 3
3 = 4.0 + 3
(985)10 =
(33121)4
Pemeriksaan:
(33121)4 = 3.44
+ 3.43 + 1.42 + 2.4 + 1
= 768 + 192
+ 16 + 8 + 1
= 985
985 = 3.328 + 1
385 = 3.109 + 1
109 = 3.36 + 1
36 = 3.12 + 0
12 = 3.4 + 0
4 = 3.1 + 1
1 = 3.0 + 1
(985)10 = (1100111)3
Pemeriksaan:
(1100111)3 = 1 . 36 + 1 . 35 + 0 . 34
+ 0 . 33 + 1 . 32 + 1 . 3 + 1
= 729 + 243 + 0 + 0 + 9 + 3 + 1 = 985
Tugas dan Latihan
Tugas
Carilah
suatu sumber pustaka yang membicarakan tentang pembagian oleh 1001 dengan
menggunakan cara pencoretan (scratch method). Ambil suatu bilangan, lakukan
pembagian bilangan itu oleh 1001 dengan cara biasa dan jelaskan bagaimana
proses pembagian itu dapat diganti dengan cara pecoretan untuk memperoleh sisia
pembagian.
Berikan
satu contoh pembagian suatu bilangan oleh 1001 dengan menggunakan cara
pencoretan. Jelaskan manfaat dari cara pencoretan terhadap pembagian bilangan
7, 11 dan 13.
Latihan
1.
Buktikan: jika a, b, c Î z , a | b dan a | c, maka a | b + c
2.
Nyatakan q dalam bentuk q = rp + s, 0 £ s < p, jika :
- q = 79 dan p = 8
q = 203 dan p = 13
q = -110 dan p = 7
q = -156 dan p = 8
3.
Buktikan ketunggalan dari r dan s pada teorema algoritma pembagian
4.
Diketahui: t = (a4 a5 a3 a2 a1
a0) dan 7 | t
Tunjukkan bahwa 7 | (a0 + 3a1
+ 2a2) – (a3 + 3a4 + 2a5)
5.
Buktikan: 3 | n3-n untuk setiap n Î Z
6.
Nyatakan (475)10 dalam lambang bilangan basis 7 dan basis 5
BAB IV
FAKTOR
PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)
DAN
KELIPATAN
PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK)
Uraian
Sebelum
kita bahas tentang faktor (pembagi) persekutuan terbesar, marilah kita lihat
beberapa peragaan berikut:
Perhatikan dua
bilangan a = 6 dan b = 8.
Jika A adalah
himpunan semua faktor dari a, dan B adalah himpunan semua faktor dari b, serta
C adalah himpunan semua faktor persekutuan dari a dan b, maka:
A = {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
B = {-8, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 8}
C = A Ç B = {-2, -1, 1, 2}
Unsur (anggota,
elemen) dari C yang terbesar adalah 2
2 merupakan
faktor persekutuan yang terbesar dari a = 6 dan b = 8
2 juga merupakan
bilangan bulat positif terbesar yang membagi a = 6 dan b = 8
Sekarang
bagaimana kalau diambil a = -6 dan b = 8
A = {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
B = {-8, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 8}
C = A Ç B = {-2, -1, 1, 2}
Unsur dari C
yang terbesar adalah 2.
2 merupakan
faktor persekutuan yang terbesar dari a = -6 dan b = 8
2 juga merupakan
bilangan bulat positif terbesar yang membagi a = -6 dan b = 8
Dengan jalan
yang sama, jika diambil a = -6 dan b = -8, maka juga akan diperoleh faktor
persekutuan terbesar dari a dan b adalah 2.
Jika untuk
menyatakan faktor persekutuan terbesar dari a dan b digunakan lambang
(a, b), maka
dapat ditentukan bahwa:
(6, 8) = 2
(-6, 8) = 2
(-6, -8) = 2
Ternyata, faktor
persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat a dan b, apapun tanda
masing-masing, selalu diperoleh nilai yang bertanda positif. Bagaimana keadaan
faktor persekutuan terbesar ini jika a atau b (tidak keduanya) bernilai nol?
Ambil a = 0 dan
b = 6
A = himpunan
semua faktor a = 0
= { …, -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, …}
B = himpunan
semua faktor b = 6
= {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
C = A Ç B
= {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
Unsur yang
terbesar dari C adalah 6, berarti (a, b) = (0, 6) = 6
Untuk a = 0 dan
b = 0, perhatikan bahwa:
A = {…, -4, -3,
-2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
B = {…, -4, -3,
-2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
C = {…, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
Sehingga tidak
mungkin menentukan unsur yang terbesar dari C, atau faktor persekutuan terbesar
dari a = 0 dan b = 0 tidak ada.
Definisi 4.1
Ditentukan x, y Î Z, x
dan y keduanya bersama-sama bernilai 0. p Î Z disebut pembagi
(faktor) persekutuan (common divisor, common factor) dari x dan y jika p ç x (p
membagi x) dan p ç
y (p membagi y). p Î
Z disebut pembagi (faktor) persekutuan terbesar (gcd = greatest common divisor,
gcf = greatest common factor) dari x dan y jika p adalah bilangan bulat positif
terbesar yang membagi x (yaitu p çx) dan membagi y (yaitu p ç y).
Notasi:
d = (x, y)
dibaca d adalah faktor (pembagi) pesekutuan terbesar dari x dan y
d = (x1,
x2, …, xn) dibaca d adalah faktor (pembagi) persekutuan
terbesar dari x1, x2, …, xn
Perlu
diperhatikan bahwa d = (a, b) didefinisikan untuk setiap pasang bilangan bulat
a, b Î
Z kecuali a = 0 dan b = 0
Demikian pula,
perlu dipahami bahwa (a, b) selalu bernilai bilangan bulat positif, yaitu d Î Z
dan d > 0 (atau d ³ 1).
Contoh 4.1
1. Himpunan semua faktor 16 adalah: A =
{-16, -6, -4, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 8, 16}
Himpunan semua faktor 24 adalah: B =
{-24, -12, -8, -6, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Himpunan semua faktor persekutuan 16
dan 24 adalah: C = {-8, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 8}
Karena unsur C yang terbesar adalah
8, maka (16, 24) = 8
Cobalah cari (-16, 24), (16, -24),
(-16, -24), (24, -16), dan (-24, 16)
2. Himpunan semua faktor 12 adalah {-12,
-6, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 6, 12}
Himpunan semua faktor 18 adalah {-18, -9, -6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6, 9, 18}
Himpunan semua faktor persekutuan 12
dan 18 adalah {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
Jadi: (16, 24) = 8
3. Perhatikan:
(6, 9) = 3 dan 3 = (2) (6) + (-1) (9)
(16, 40) = 8 dan 8 = (3) (16) + (-1)(40)
(60, 105) = 15 dan 15 =
(2) (60) + (-1)(105)
Dari ketiga kasus di atas nampak
adanya pola bahwa (p,q) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier px + qy
dengan x, y Î
Z
4. Perhatikan bahwa (6, 9) = 3
Sekarang dibentuk kombinasi
linear px + qy dengan x, y Î Z
Nilai-nilai 6p + 9q adalah sebagai
berikut:
p = 0 dan q = 0 ® 6p +
9q = 0
p = 0 dan q = 1 ® 6p +
9q = 9
p = 1 dan q = 0 ® 6p +
9q = 6
p = 1 dan q = -1 ® 6p +
9q = -3
p = -1 dan q = 1 ® 6p +
9q = 3
p = -1 dan q = 2 ® 6p +
9q = 12
p = 2 dan q = -1 ® 6p +
9q = 3
p = 1 dan q = -2 ® 6p +
9q = -12
p = 0 dan q = -1 ® 6p +
9q = -9
p = 2 dan q = -2 ® 6p +
9q = -6
Nilai-nilai itu dapat disusun
menjadi barisan:
…, -12, -9,
-6, -3, 0, 3, 6, 9, 12, …
Ambil S = {3, 6, 9, 12, …}, yaitu himpunan yang unsur-unsurnya adalah
suku-suku barisan yang positif, yaitu:
S = {6p + 9q
ç6p
+ 9q > 0 dan p, q Î Z}
Karena S Ì
N dan N adalah himpunan terurut rapi, maka S mempunyai unsur terkecil, yaitu 3.
Karena 3 Î S, maka 3 = 6p + 9q
dengan p = 2 dan q = -1, atau p = -1 dan q = 1
Jelas bahwa 3 ç6 dan
3 ç9
Teorema 4.1
Jika d = (x, y),
maka d adalah bilangan bulat posisitif terkecil yang mempunyai bentuk px + qy
untuk suatu m, n Î
Z, yaitu d dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari x dan y.
Bukti:
Dibentuk
kombinasi linear (px + qy) dengan p, q Î Z
Barisan bilangan
(px + qy) memuat bilangan-bilangan yang bernilai negatif, bilangan nol (untuk p
= 0 dan q = 0), dan bilangan-bilangan yang yang bernilai positif.
Ambil S = {px +
qy çpx
+ qy > 0 dan p,q Î
Z }, maka dapat ditentukan bahwa S Ì N. Karena S Ì N dan N merupakan himpunan yang terurut rapi, maka S mempunyai
unsur terkecil, sebutlah dengan t.
Karena t Î S,
maka tentu ada p = m dan q = n sehingga t = mx + ny. Selanjutnya dapat
dibuktikan bahwa t çx
dan t çy.
Untuk
membuktikan t çx
digunakan bukti tidak langsung.
Misalkan t Q x,
maka menurut teorema 3.9, ada r, s Î Z sehingga
x = tr + s, 0 < s < t
x = tr + s
s = x – tr
= x – (mx + ny) r
= (1 – mr)x + (-ny)r
s = ix + jy
dengan i = 1 – mr Î
Z dan j = -nq Î
Z
Jadi: s = ix +
jy Î
S dengan s < t
Dengan anggapan
t Q
x ternyata menghasilkan kontradiksi karena t adalah unsure terkecil S, dengan
demikian anggapan t Q
x adalah salah, berarti t çx
Dengan jalan
yang sama dapat ditunjukkan bahwa t çy
Dari t çx dan
t çy
berarti t adalah faktor persekutuan dari x dan y.
Karena t adalah
faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah faktor persekutuan terbesar dari
x dan y, maka t ≤ d
Selanjutnya akan
dibuktikan bahwa d ≤ t
d = (x, y), maka
menurut definisi 3.3, d çx dan d çy
d çx dan
d çy,
maka menurut definisi 3.1, x = dv untuk suatu v Î Z dan y = dw untuk suatu
w Î
Z.
t = mx + ny
= m(dv) + n(dw)
t = d(mv + nw),
berarti d çt
Karena d ç t, d
> 0, dan t > 0, maka sesuai dengan teorema 3.6, d ≤ t
Karena t ≤ d dan
d ≤ t, maka d = t
Jadi: d adalah
bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk mx + ny dengan m, n Î Z.
Teorema 4.2
Jika k Î N,
maka k(x, y) = (kx, ky)
Bukti:
Misalkan d = (x,
y) dan e = (kx, ky), maka menurut teorema 3.11, d = rx + sy dan e = mkx + nky
untuk suatu r, s, m, n Î Z. d = rx + sy, maka kd = krx + ksy. Karena d = (x, y), maka menurut definisi 2.1,
d çx
dan d çy,
dan menurut teorema 3.8, kd çkx dan kd çky
Menurut teorema
3.1, kd çkx
dan kd çky
berakibat kd çmkx
dan kd çnky,
dan menurut teorema 2.4, kd çmkx + nky, atau kd çe.
Jadi: k(x, y) ç(kx,
ky).
Selanjutnya,
karena e = (kx, ky), maka menurut difinisi 3.3, e çkx dan e çky,
dan menurut teorema 2.8, e çkrx dan e çksy. Menurut teorema 3.4, e çkrx dan e çkry
berakibat e çkrx
+ ksy, atau e çkhd.
Jadi: (kx, ky) çk(x,
y)
Karena k(x,y)
> 0, (kx,ky) > 0 , k(x, y) ç(kx, ky), dan (kx, ky) çk(x, y), maka menurut
teorema 3.7, k(x, y) = (kx, ky)
Contoh 4.2
(60, 102) =
(6.10, 6.17) = 6(10, 17) = 6.1 = 6
(108, 207) =
(9.12, 9.23) = 9(12, 23) = 9.1 = 9
Teorema 4.3
Jika x, y Î Z
dan d = (x, y), maka
= 1
Bukti:
Misalkan x, y Î Z
dan (x, y) = d
Kita akan
tunjukkan bahwa
dan
tidak mempunyai
pembagi persekutuan yang positif kecuali 1.
Misal e adalah
suatu bilangan bulat positif yang membagi
dan membagi
, yaitu e ç
dan e ç
,
menurut def 3.1,
= ke dan
= te untuk
suatu k, t Î
Z. Dengan demikian x = dek dan y = det, berarti de adalah faktor pesekutuan
dari x dan y. Karena de adalah faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah
faktor persekutuan terbesar dari x dan y, maka de ≤ d. Akibatnya e haruslah
sama dengan 1
Jadi:
= 1
Teorema 4.4
Jika p, q, r Î Z, p
çqr,
dan (p, q) = 1, maka p çr
Bukti:
Diketahui (p, q)
= 1, maka menurut teorema 3.11, 1 adalah bilangan bulat positif terkecil yang
dapat dinyatakan sebagai px + qy dengan x, y Î Z , yaitu px + qy = 1
Karena px + qy =
1, maka rpx + rqy = r, atau prx + qry = r.
Menurut teo 3.1,
karena pçqr,
maka p çqry
untuk semua y Î Z. Selanjutnya, karena p çprx
dan p çqry, maka menurut teorema 3.4,
p çprx
+ qry. Jadi: p çr.
Teorema 4.5
Jika (x, t) = 1
dan (y, t) = 1, maka (xy, t) = 1
Bukti:
Diketahui (x, t)
= 1 dan (y, t) = 1, maka menurut teorema 3.11, ada p, q, r, s Î
Z sehingga px + qt = 1 dan ry + st = 1.
Dari 1 = px + qt
dan 1 = ry + st dapat ditentukan bahwa
1.1 = (px + qt)(ry + st)
1 = prxy + pstx + qrty + qst2
1 = (pr)(xy) + (psx + qry + qst)t
Dengan demikian,
sesuai teorema 3.11, karena 1 merupakan bilangan bulat positif terkecil yang merupakan
kombinasi linear dari xy dan t, maka:
(xy, t)
= 1
Teorema 4.6
Ditentukan x, y Î Z
d = (x, y) jika
dan hanya jika d > 0, d çx, d çy, dan f çd untuk setiap pembagi persekutuan f dari x dan y
Bukti:
Kita buktikan
jika d = (x, y), maka d > 0, d çx, d çy, dan f çd
d = (x, y), maka
menurut definisi 3.3, d adalah bilangan bulat positif (d > 0) terbesar yang
membagi x (d çx)
dan membagi y (d çy)
Selanjutnya,
menurut teorema 2.11, jika d = (x, y), maka d = mx + ny untuk suatu m, n Î Z
Misalkan f adalah
sebarang pembagi persekutuan dari x dan y, maka f çx dan f çy,
dan menurut teorema 3.1, f çmx dan f çny untuk sebarang m, n Î Z
Menurut teorema
3.4, f çmx
dan f çny
berakibat f çmx
+ ny.
Karena f çmx +
ny dan d = mx + ny, maka f çd.
Kita buktikan
jika d > 0, d çx,
d çy,
dan f çd
untuk sebarang pembagi persekutuan f dari x dan y, maka d = (x, y)
Karena d > 0
, d çx
dan d çy,
maka d adalah faktor persekutuan dari x dan y. Selanjutnya, karena f adalah
sebarang faktor persekutuan dari x dan y dan f çd, maka f ≤ d, d dan f
adalah faktor-faktor persekutuan dari x dan y, f adalah sebarang faktor
persekutuan dari x dan y, dan f ≤ d,
maka d adalah faktor persekutuan yang terbesar dari x dan y. Jadi: d = (x, y).
Contoh 4.2
Faktor-faktor
persekutuan 4 dan 6 adalah -1, 1, -2, dan 2. Faktor persekutuan terbesar 4 dan
6 adalah 2. Perhatikan bahwa sebarang faktor persekutuan 4 dan 6 membagi faktor
persekutuan terbesar 4 dan 6, yaitu: -1 ç2, 1 ç2, -2
ç2,
dan 2 ç2.
Contoh 4.3
(18, 24) = 6
Faktor-faktor
persekutuan 18 dan 24 adalah -1, 1, -2, 2, -3, 3, -6, dan 6.
Perhatikan bahwa
sebarang faktor persekutuan 18 dan 24 membagi 6, yaitu ± 1 ç6,
± 2 ç6, ±
3 ç6,
dan ± 6 ç6.
Teorema 4.7
(x, y) = (y, x)
= (x, -y) = (-x , y) = (-x, -y) untuk sebarang x, y Î Z.
Buktikan!
Teorema 4.8
a. (x, y) = (x, y + ax) untuk sebarang a Î Z
b. (x, y) = (x + yb, y) untuk sebarang b Î Z
Bukti:
a. Sesuai definisi 3.3, (x, y) > 0 dan
(x, y + ax) > 0
Karena (x, y) > 0 dan (x, y + ax) > 0, maka untuk membuktikan (x,
y) = (x, y + ax), sesuai dengan teorema 3.7 kita harus membuktikan bahwa (x, y)
ç(x,
y + ax) dan (x, y + ax ç (x,
y). Kita akan membuktikan (x, y) ç(x, y + ax)
Sesuai definisi 3.3,
(x, y) çx
dan (x, y) çy
Menurut teorema 3.1, karena (x, y) çx, maka (x, y) çaxuntuk
semua a Î
Z. Selanjutnya, sesuai dengan teorema 3.4, karena (x, y) çax
dan (x, y) çy,
maka
(x, y) çy
+ ax
(x, y) çx
dan (x, y) çy
+ ax, maka menurut definisi 3.3 (x, y) adalah faktor persekutuan dari x dan y +
ax, dan akibatnya, sesuai dengan teorema 4.6,
(x, y) membagi (x,y + ax)
Jadi: (x, y) ç(x,
y + ax)
Kita akan membuktikan (x, y + ax) ç(x,
y)
Sesuai def 3.3, (x, y + ax) çx, sehingga menurut teorema 3.1, (x, y + ax) çax sehingga menurut teo 3.1, (x, y + ax) çax
untuk semua a ÎZ;
demikian pula, sesuai def 3.3, (x, y + ax) çy + ax.
Selanjutnya,
sesuai teorema 3.9, karena: (x, y + ax çax dan (x, y + ax) çy +
ax maka (x, y + ax) çy.
Karena (x, y + ax) çx dan (x, y + ax) çy, maka sesuai def 3.3,
(x, y + ax) merupakan faktor pesekutuan dari x dan y, dan sesuai teorema 4.6 setiap
faktor persekutuan x dan y tentu membagi (x, y)
Jadi: (x, y + ax) ç(x, y).
Karena (x, y)
> 0, (x, y + ax) > 0, (x, y) ç(x, y + ax), dan (x, y + ax) ç(x, y), maka menurut
teorema 2.7:
(x, y) = (x, y + ax)
b. Buktikan
Contoh 4.7.
(6, 9) = (6,9 +
7.6) = (6,51)
(12,18) = (12,18
+ 5.12) = (12, 78)
(40,16) = (40,16
+ 9.40) = (40, 376)
(40,16) = (40 +
5.16,16) = (120,16)
(12,18) = (12 +
7.18,18) = (138,18)
(36,15) = (6 +
2.15,15) = (6,15) = (6,3 + 2.6) = (6,3) = 3(2,1) = 3.1 = 3
(84,175) = (84,7
+ 2.84) = (84,7) = 7(12,1) = 7.1 = 7
Contoh 4.8
Ditentukan s0 = 48, s1 = 27, s2 = 21 s3 = 6, s4 = 3, dan s5 = 0
Maka menurut
teorema 3.9 (algoritma pembagian),kita dapat melakukan langkah-langkah berikut:
48 = 1.27 + 21, 0 ≤ 21 < 27, 0 ≤ s2 < s1
27 = 1.21 + 6, 0 ≤ 6 < 21, 0 ≤ s3 < s2
21 = 3.6 + 3, 0 ≤ 3 < 6, 0 ≤ s4 < s3
6 = 2.3 + 0 s5 = 0
Selanjutnya,
menurut teorema 3.11, kita dapat mencari (s, s) = (48, 27):
(s0, s1)
=
(48, 27)
= (21 + 1.27,27) = (21, 27)
= (s2, s1)
= (21,6 + 1.21) = (21, 6)
= (s2, s3)
= (3 + 3.6,6) = (3, 6)
= (s4, s3)
= (3,3 + 1.3) = (3,3) = (3,0 + 1,3)
= (3,0)
= (s4 + s5)
= s5
Perhatikan bahwa
secara bertahap dapat ditentukan:
(s0, s1) = (s2,
s1) = (s2, s3) = (s4,
s3) = (s4, s4)
= s4
Contoh. di atas
memberi gambaran tentang langkah-langkah yang jelas dan terhingga untuk
memperoleh faktor persekutuan terbesar dua bilangan secara sistematis. Marilah
sekarang kita lihat suatu cara yang sistematis, dan disebut algoritma, untuk
mencari faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat positif.
Algoritma ini
disebut algoritma Euclides, dan istilah ini digunakan setelah Euclid,
matematisi Yunani (Greek, 350 S.M.), menjelaskan algoritma ini dalam bukunya The Elements (Rosen K., 1993: 80).
Teorema 4.9 Algoritma Euclides
Ditentukan s0, s1
Î
Z, s0 ³
s1, > 0
Jika algoritma pembagian digunakan
secara berturut-turut untuk memperoleh
st = st+1 kt+1
+ st+2, 0 ≤ st+2 ≤
st+1, t = 0, 1, 2, …, n – 2 dan sn+1 = 0
maka (s0, s1)
= sn, sisa yang tidak nol dalam algoritma pembagian
Bukti:
Karena s0, s1 Î Z, s0 ³ s1
> 0, maka dengan menggunakan algoritma pembagian secara berturut-turut akan
diperoleh:
s0 = s1
k1 + s2 , 0 ≤ s2 < s1
s1 = s2
k2 + s3 , 0 ≤ s3 < s2
st-2 = st-1
kt-1 + st , 0 ≤ st < st-1
sn-3 = Sn-2
kn-2 + sn-1, 0 ≤ sn-1 < sn-2
sn-2 = sn-1
kn-1 + sn , 0
≤ sn < sn-1
sn-1 = sn
kn + sn-1 , sn+1 = 0
maka sesuai teorema 4.8:
(s0, s1)
= (s1 + s2, s1)
= (s2, s1)
= (s2, s2.2 + s3)
= (s2, s3)
= …
= (sn-3,
sn-2)
= (sn-2,
sn-1)
= (sn-1,
sn)
= (sn,
0)
(s0, s1) = sn
Contoh 4.9
Carilah (963,
657) dengan menggunakan algoritma Euclides
Jawab: 963 = 1.657 + 306, 0 ≤ 306 < 657
657 = 2.306 + 45, 0 ≤
45 < 306
306 = 6.45 + 36, 0 ≤
36 < 45
45 = 1.36 + 9, 0
≤ 9 < 36
36 = 4.9 + 0
Jadi: (963, 657) = 9
Menurut teorema 4.1,
jika d = (x, y), maka d dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari x dan y.
Algoritma Euclides dapat digunakan untuk mencari kombinasi linear d dari x dan
y.
Dalam kaitannya
dengan algoritma Euclides, jika d = (s0, s1), maka dapat
ditentukan bahwa d = ms0 + ns1:
sn-2 = sn-1 kn-1
+ sn, maka sn = sn-2 - sn-1 kn-1
sn-3 = sn-2
kn-2 + sn-1, maka sn-1 = sn-3 - sn-2
kn-2
sn-4 = sn-3
kn-3 + sn-2, maka sn-2 = sn-4 - sn-3
kn-3
s1 = s2k2
+ s3, maka s3 = s1 – s2 k2
s0 = s1k1
+ s2, maka s2 = s0 – s1 k1
Dengan demikian:
sn = sn-2
– sn-1 kn-1
= sn-2 – (sn-3 – sn-2 kn-2)kn-1
= sn-2 (1 + kn-2
kn-1) – sn-3
= (sn-4 – sn-3 kn-3)(1 + kn-2
kn-1) – sn-3
= sn-4 (1 + kn-2 kn-1) + sn-3{kn-3(1
+ kn-2 kn-1)}
Jika proses serupa
diteruskan dengan substitusi berturut-turut:
sn-3, sn-4,
… , s3, s2
maka akan
diperoleh bentuk:
(s0, s1) = sn
(s0, s1) = s0m
+ s1n = ms0 + ns1
Ini berarti
bahwa (s0, s1) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear
dari s0 dan s1
Contoh 4.10
Nyatakan (205,
75) sebagai kombinasi linear dari 205 dan 75
Jawab: 205
= 2.75 + 55 , 55 = 205
– 2. 75
75
= 1.55 + 20 , 20 = 75 –
1.55
55
= 2.20 + 15 , 15 = 55 –
2.20
20
= 1.15 + 5 , 5
= 20 – 1.15
15
= 3.5 + 0
(205, 75)
= 5
Dengan demikian dapat ditentukan:
(205, 75) =
5
= 20 – 1.15
= 20 – 1 . (55 – 2.20)
= 3.20 – 1.55 = 3.(75 – 1.55) – 1.55
= 3.75 – (4) . 55 = 3.75 – 4 (205 – 2.75)
(205,75) = 11.75 + (-4) . 205
Contoh 4.11
Carilah
nilai-nilai m, n Î
Z yang memenuhi hubungan
(7897,
4399) = m(7897) + n (4399)
Jawab: 7897
= 1.4399 + 3498 , 3498 = 7897 – 1.4399
4399 = 1.3498 + 901 , 901 = 4399
– 1.3498
3498 =
3.901 + 795 , 795
= 3498 – 3.901
901
= 1.795 + 106 , 106 = 901
– 1.795
795
= 7.106 + 53 , 53
= 795 – 7.106
106
= 2.53 + 0
Dengan demikian dapat ditentukan:
(7897, 4399)
= 53
= 795
– 7.106 = 795 – 7. (901 – 1.795)
=
8.795 – 7.901 = 8(3498 – 3.901) – 7.901
=
8.3498 – 31.901 = 8.3498 –
31(4399 – 1.3498)
= 39.3498 – 31.4399 = 39.(7897 – 1.4399) –
31.4399
(7897, 4399) = 39.7897 + (-70) . 4399
Jadi: m = 7897 dan n = -70
Cara untuk
menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan q memerlukan pemrosesan
yang panjang karena perlu kerja berdasarkan langkah-langkah algoritma Euclides,
dan dilanjutkan kerja mundur berdasarkan modifikasi dari setiap langkah dalam
algoritma Euclides.
Terdapat cara
lain untuk menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan q, yang secara
langsung dapat menggunakan langkah-langkah algoritma Euclides.
Teorema 4.10
Ditentukan p, q Î N
Maka (p, q) = rn p + lnq, n = 0, 1, 2, …, yang mana rn dan kn
adalah suku ke n dari barisan-barisan yang secara rekursif didefinisikan
sebagai:
r0 = 1, l0 = 0
r1 = 0, l1 = 1
dan
ri = ri-2
– ki-1 ri – 1
li = li-2
– ki-1 li-1
untuk i = 2, 3, … , n dengan ki adalah hasil bagi dalam
algoritma Euclides memperoleh (p, q)
Bukti:
Berdasarkan langkah-langkah algoritma Euclides pada teorema 2.20, dipilih
p = s0 dan q = s1, kemudian kita gunakan cara pembuktian induksi
matematika untuk membuktikan (p, q) = sn = rnp + lnq
untuk i = 0, p = s0 = 1.p + 0.q = r0p
+ l0q,
untuk i = 1, q = s1 = 0 . p + 1 . q = r1
+ l1 q
Sekarang, anggaplah bahwa:
si = rip
+ liq, i = 1, 2, …, n – 1
Sesuai dengan keadaan langkah ke n dalam pembuktian teorema 2.20
(algoritma Euclides) dapat ditunjukkan bahwa:
sn-2 = sn-1
kn-1 + sn ,
atau sn = sn-2 – sn-1 kn-1
Dengan demikian, sesuai dengan prinsip induksi matematika:
sn = sn-2
– sn-1 kn-1
= (rn-2
p + ln-2 + q) – (rn-1 p + ln-1 q) kn-1
= (rn-2 – rn-1 kn-1)
p + (ln-2 – ln-1 kn-1) q
= (rn-2 – kn-1 rn-1)
p + (ln-2 – kn-1ln-1) q
sn = rn p + ln q
Contoh 4.12
Carilah (205,
75) dan nyatakan sebagai kombinasi linear dari 205 dan 75.
Jawab: 205
= 2.75 + 55 , k1
= 2
75 = 1.55
+ 20 , k2 = 1
55 = 2.20
+ 15 , k3 = 2
20 = 1.15
+ 5 , k4
= 1
15 = 3.5
+ 0
Jadi: (205, 75) = 5
ro
= 1 lo
= 0
r1
= 0 l1
= 1
r2
= ro – k1.r1 l2
= lo – k1 l1
= 1 – 2. 0 = 0 – 2.1
= 1 = -2
r3
= r1 – k2 – r2
l3 = l1 - k2 l2
= 0 – 1. 1 = 1 – 1 (-2)
= 1 = 3
r4
= r2 – k3 . r3
l4 = l2 – k3
l3
= 1 – 2(-1) = -2 – 2 . 3
= 3 = -8
r5
= r3 – k4 r4 l5 = l3 – k4
l4
= -1 – 1 (3) = 3 – 1 .
(-8)
= -4
= 11
Jadi: (205,
75) = (-4) . 205 + 11.75
Contoh 4.13
Langkah-langkah
pada contoh 2.15 memerlukan tempat mencari yang luas dan waktu yang panjang.
Untuk menyederhanakan langkah-langkah pencarian, kita dapat mengurangi tempat
dan waktu dengan mengoperasikan atau menggunakan tabel. Dengan menggunakan
tabel, contoh 2.15 dapat dikerjakan sebagai berikut:
n r l k
1 1 0 2
2 0 1 1
3 1 -2 2
4 -1 3 1
5 3 -8
6 -4 11
jadi: (205, 75) = (-4) . 205 + 11.
75
Contoh 4.14
Carilah m dan n
jika (8517, 2669) = m . 8517 + n . 2669
Jawab:
8517 = 3.2669 + 510 , k1
= 3
2669 = 5.510 + 119 , k2 = 5
510 = 4.119 + 34 , k3 = 4
119 = 3 . 34 + 17 , k4 = 3
34 = 2 . 17 + 0
n r l k
1 1 0 3
2 0 1 5
3 1 -3 4
4 -5 16 3
5 21 -67
6 -68 217
Jadi: (8517,
2669) = (- 68) . 8517 + 217 . 2669
m
= -68 dan n = 217
Marilah sekarang
kita mempelajari pasangan pasangan pembahasan FPB (faktor Persekutuan ter
Besar)yang disebut KPK (Kelipatan Persekutuan ter Kecil). Topik FPB dan KPK
merupakan materi pelajaran matematika di sekolah sejak Sekolah Dasar.
Definisi 4.2
Jika x, y Î Z, x ¹ 0,
dan y ¹
0, maka:
a)
m disebut kelipatan persekutuan (common multiple) dari
x dan y jika x çm
dan y çm
b)
m disebut kelipatan persekutuan terkecil (least common
multiple, l.c.m) dari x
dan y jika m adalah bilangan bulat positif terkecil
sehingga x çm
dan y çm.
Notasi:
m = [x, y]
dibaca m adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x dan y
Dengan jalan
yang sama dapat didefinisikan kelipatan persekutuan terkecil dari 3 bilangan, 4
bilangan, …, n bilangan, misalnya:
n = [x, y, z]
dibaca n adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x, y, dan z.
p = [a, b, c, d]
dibaca p adalah kelipatan persekutuan terkecil dari a, b, c, dan d.
Contoh 4.15
a. Carilah [12, 16]
Jawab: Karena [12, 16] bernilai positif, maka [12, 16]
dapat dicari dari kelipatan-
persekutuan 12 dan 16 yang positif.
Kelipatan 12
yang positif adalah 12, 24, 36, 48, 60, …
Kelipatan 16
yang positif adalah 16, 32, 48, 64, 80, …
48 adalah
kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 12ç48
dan 16ç48
96 adalah
kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 12ç96
dan 16ç96
Kelipatan-kelipatan
persekutuan 12 dan 16 adalah 48, 96, 144, 192, …
Dari barisan
bilangan kelipatan persekutuan 12 dan 16, yang terkecil
adalah 48, sehingga [12, 16] = 48
b. Carilah [25, 15]
Jawab: Kelipatan 25 yang positif adalah 25, 50, 75, …
Kelipatan 15
yang positif adalah 15, 30, 45, …
Kelipatan-kelipatan persekutuan 25 dan 15 yang
positif adalah 75, 150, 225, …
Kelipatan-kelipatan persekutuan 25 dan 15 yang
positif dan terkecil adalah 75,
sehingga [25,
15]
= 75
Perhatikan kelipatan-kelipatan persekutuan 4 dan 5
yang positif, yaitu: 20, 40, 60, 80, …
Dan yang
terkecil adalah 20, sehingga [4, 5] = 20
Ternyata 20ç20,
20ç40,
20ç60,
20ç80,
…, 20çk
untuk sebarang kelipatan persekutuan k dari 4 dan 5
Teorema 4.11
Ditentukan x, y Î Z, x ≠ 0, dan y ≠ 0
m
= [x, y] jika
dan hanya jika x çm,
y çm,
m > 0, dan untuk sebarang kelipatan persekutuan n dari x dan y berlaku m çn
Bukti:
(→)
Ambil m = [x, y],
maka menurut definisi 3.4, x çm, y çm dan m > 0
Misalkan n
adalah sebarang kelipatan persekutuan x dan y, maka x çn dan y çn.
Harus ditunjukan bahwa m çn. Menurut perbagian algoritma, karena m £ n,
maka tentu ada k, s Î
Z sehinga n = km + s, 0 £ s < m
Untuk membuktikan m çn, harus ditunjukkan bahwa
n = km, atau harus ditunjukkan bahwa s = 0.
Perhatikan bahwa n = km + s, maka s = n – km.
x çm dan y çm, maka x çam dan y çam
x çn dan x çam, maka x çn-am
y çn dan y çam, maka y çn – am
x çn – am dam y çn – am, maka n – am adalah kelipatan persekutuan x dan
y.
s = n – km, x çn – km, dan y çn –
km, maka x çs
dan y çs
x çs dan y çs, maka s kelipatan persekutuan x dan y.
Karena s dan m adalah kelipatan-kelipatan persekutuan x
dan y, dan m adalah yang terkecil, serta 0 £ s < m, maka jelas
bahwa s = 0, sehingga n = km, atau m çn.
(¬)
Ambil m > 0, x çm, y çm,
dan untuk sebarang kelipatan persekutuan n dari x dan y berlaku m çn.
Ini berarti bahwa m adalah suatu kelipatan persekutuan
dari x dan y yang membagi semua kelipatan persekutuan dari x dan y yang lain.
Jadi m = [x,
y]
Teorema 4.12
[mx, my] = m [x, y]
untuk sebarang m Î
N
Bukti:
Ambil K = [mx, my] dan
k = [x,
y]
K = [mx, my],
maka sesuai definisi 2.4, mx çk dan my çk
k =
[x,
y],
maka sesuai definisi 2.4, x çk dan y çk
x çk, maka menurut teorema
2.8, mx çmk.
y çk, maka menurut teorema
2.8, my çmk
mx ç mk
dan my çmk,
maka menurut definisi 2.4, mk adalah kelipatan persekutuan dari mx dan my.
Karena K adalah kelipatan persekutuan terkecil dari mx dan my, dan mk
adalah kelipatan persekutuan mx dan my, maka menurut teorema 2.22, K ç mk.
Jadi: [mx, my] çm [x, y]
Selanjutnya, karena mx çk dan
my ç
K, maka sesuai definisi 2.1, K = amx dan
K = bmy untuk suatu a, b Î Z, berarti
= ax dan
= by, atau x ç
dan y ç
.
Karena x ç
dan y ç
, maka menurut definisi 2.4,
adalah
kelipatan persekutuan x dan y.
Akibatnya, sesuai dengan teorema 2.22, [x, y]
membagi
, yaitu [x, y] ç
.
Karena [x, y] ç
, maka menurut teorema 2.8, m [x, y] çm .
, atau m [x, y] çK.
Jadi: m [x,
y]
ç[mx,
my]
Akhirnya, karena [mx, my] > 0, m [x, y] > 0, [mx, my] çm [x, y], dan m [x, y] ç[mx, my], maka menurut teorema 2.7, [mx, my] = m [x, y].
Teorema 4.13
Jika x, y Î N dan [x, y] = 1,
maka [x,
y]
= xy
Bukti: [x, y] = 1, maka menurut teorema 4.1, mx + ny = 1 untuk suatu
m, n Î
Z,
sehingga [x, y] [mx + my] = [x, y], atau [x, y] mx + [x, y] ny = [x, y]
[x, y]
adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, maka sesuai definisi 3.4,
x ç[x, y], y ç[x, y], berarti sesuai dengan teorema 3.8
xy ç[x, y] y dan xy ç[x, y]x. Dengan demikian, sesuai teorema 3.1, xy ç[x, y] ny
dan xy ç[x, y] mx, dan sesuai teorema 3.5, xy ç[x, y] mx +
[x,
y]
ny.
Jadi xy ç[x, y] [x, y]
adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, dan xy adalah kelipatan x dan y,
maka menurut teorema 4.11,[x, y] ç xy.
Dari xy ç[x, y] dan [x, y] çxy, maka teorema 3.7, xy = [x, y], atau [x, y] = [x, y]
Contoh 4.16
a. (2, 3)
= 1, maka [2,
3] = 2 .
3 = 6
b. (7, 11) = 1, maka [7, 11] = 7 . 11 = 77
c. (16,
13) = 1, maka [16, 13]
= 16 . 13 = 208
Teorema
4.14
Jika
x, y Î
Z, maka (x, y) [x, y]
= xy
Bukti:
Ambil
d = (x, y), maka sesuai teorema 2.14,
= 1
Sesuai
teorema 2.24, karena
= 1, maka:
=
akibatnya
= 1 .
=
d2
= d2
.
d
. d
= xy,
dan
sesuai teorema 4.2 serta teorema 4.12, diperoleh
.
= xy
(x,
y) [x, y] = xy
Contoh
4.17
a. (6,
9) [6, 9] = 6 . 9 = 54
b. (12,
18) = maka 6 [12, 18] = 12.18, sehingga
[12, 18] =
. 12 . 18
= 36
c. (24,
16) = 8, maka 8 [24, 16] = 24 . 16,
sehingga [24, 16] =
.24.16 = 48
d. [36,
48] =
=
= 144
Tugas
dan Latihan
Agar Anda lebih memahami dan menguasai materi
tentang FPB, KPK, dan Keprimaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh Tugas dan
Latihan berikut.
Tugas
Carilah buku bacaan tentang Teori Bilangan,
misalnya Elementary Number Theory and Its Applications yang ditulis oleh
Kenneth H. Rosen, dan diterbitkan oleh Addison-Wesley Publishing Company.
1. Jelaskan dan buktikan Teorema Dasar Aritmetika
2. Buktikan [p,q](p,q) = pq dengan menggunakan
Teorema Dasar Aritmetika
3. Nyatakan bentuk umum (p,q) dan [p,q] dengan
menggunakan pemfaktoran prima, dan berilah
masing-masing dua contoh.
Latihan
1. Nyatakan (2345)10 dalam notasi
lambing bilangan
(a)
basis 7
(b)
basis 8
2. Diketahui p,q
Z dan (p,q) = 1
Carilah
semua kemugkinan nilai d = (p + q , p – q )
3. Tunjukkan bahwa (3t + 2) dan (5t + 3) adalah
relative prima, t
{0, 1, 2, 3, …}
4. Carilah m dan n jika :
(a)
67815m + 21480n = (67815,21480)
(b)
30745m + 17446n = (30745,17446)
5. Buktikan : jika (x,y) = 1 dan z x + y, maka (x,z) = (y,z) = 1
6. Buktikan : (r + ts , s) = (r,s)
7. Diketahui : (4,p) = 2 dan (4,q) = 2. Carilah
(4,p+q)
8. Diketahui p adalah suatu bilangan prima, (p2,m)
p dan (p3,n) = p2
Carilah
(p4,mn)
9. Carilah (x2,108) jika diketahui
(x,18) = 6